This week we finished discussing the 1900’s in class. I have included my description of the time in Bahasa Indonesia and English.
Pada tahun sembilan belas lima puluhan, Indonesia memiliki Masyumi, Nahdlatul Ulama, partai nasional, partai komunis, dan beberapa partai lainnya. Pihak-pihak yang berbeda memiliki perdana menteri yang berbeda di tahun-tahun berikutnya. Ini periode menyebabkan krisis sebagai ideologi yang berbeda bersaing untuk kontrol. Gerakan September ketiga puluh dimulai pada tahun sembilan belas enam puluh lima ketika enam jenderal dibunuh. Ini menyebabkan militer membunuh anggota partai komunis. Soeharto mengambil alih negara dan mulai membangun ekonomi negara. Rencananya termasuk uang dari Barat yang membantu perusahaan besar berkembang. Bisnis yang lebih kecil tidak menikmati manfaat yang sama. Suharto menggunakan militer untuk mengkonsolidasikan kekuasaan, mempengaruhi pemilih, dan menjadikannya presiden kembali. Pada tahun sembilan belas sembilan puluhan, budaya Indonesia yang berbeda mulai saling bertentangan satu sama lain. Krisis meningkat ketika kesehatan Soeharto memburuk dan orang-orang mengira dia akan meninggalkan jabatannya. Dia masih berhasil dipilih kembali. Orang-orang terus memprotes pembunuhan, ekonomi, negara politiknya. Akhirnya, Suharto meninggalkan kantor sebelum tahun dua ribu.
In the nineteen fifties, Indonesia had Masjumi, Nahdlatul Ulama, national parties, communist parties, and several other parties. Different parties had different prime ministers in the following years. This period caused a crisis as different ideologies competed for control. The thirtieth of September movement began in nineteen sixty-five when six generals were killed. This led the military to kill communist party members. Suharto took over the country and began to develop the country's economy. The plan included money from the West that would help large companies to develop. Smaller businesses did not enjoy the same benefits. Suharto used the military to consolidate power, influence voters, and make him president again. The crisis escalated when Suharto's health deteriorated and people thought he would leave office. He still managed to be re-elected. People continued to protest the murders, the economy, and the political state. Finally, Suharto left office before the year two thousand.
Replies